Hello good people berjumpa lagi dengan tulisan saya, disini saya sebagai pemilik sah dari blog ini, akan mengutarakan beberapa kegiatan saya selama perkuliahan mata kuliah Pancasila beberapa minggu yang lalu. Waktu itu, kuliah saya dilaksanakan pada malam hari, bisa bayangin kan bagaimana syahdunya kuliah malam hehehe karena kebetulan saya disini tinggal di asrama sehingga sangat wajar jika ada kuliah malam .Disamping cuaca yang sangat mendukung dijadikan waktu tidur, angin semilir ditambah dinginnya AC semakin membulatkan tekad saya untuk segera beranjak dari ruang kelas tersebut. Akan tetapi, dosen saya yang bernama Pak Halili tiba-tiba membuat perhatian saya teralihkan. Bagaimana tidak, beliau dengan santainya membuka laptopnya dan berkata "Anak-anak hari ini kita nonton film yaa.." dan seketika kedua mata saya terbuka dengan lebarnya (HAHAHA alay gapapa deh).
Setelah film itu diputar sampai selesai, ada satu tugas nih guys dari pak Halili yaitu membuat sebuah asumsi atau curahan hati mahasiswa tentang film yang kami tonton tadi. Yah lumayan lah yaa, daripada ngga ada tugas rasanya hampa gimana gitu (bercanda pak:DD)
Nah.. untuk curahan hati saya ini, saya akan membahas seputar bagaimana keadaan masyarakat Indonesia di bagian pedalaman
Silahkan menyimak๐๐
Negara Indonesia sebenarnya adalah negara yang sudah merdeka sejak 71 tahun yang lalu, semua usaha dan kerja keras untuk meraih kemerdekaan adalah hasil jerih payah para pejuang. Tetapi, arti kemerdekaan tidak bertahan lama bagi para penduduk di pedalaman dan kota-kota kecil lainnya, janji akan adanya kemakmuran di sisi pedalaman pun luntur seiring berjalannya waktu, yang anehnyahal tersebut hanya berlaku bagi kalangan kecil saja. Kata makmur memang lebih pantas disandangkan kepada para penduduk di kota besar dan ibukota, pantas saja jika penduduk di pedalaman yang tidak "betah" dengan kehidupan terpuruk di pedalaman mereka bisa pergi ke negara orang yaitu Malaysia untuk mengais rezeki yang lebih layak disana. Bahkan, orang-orang di pedalaman lebih merasakan kesejahteraan dengan bekerja sebagai buruh di sebuah pasar di Negara Malaysia dan melakukan jual beli pun terpaksa dilakukan di pasar daerah Malaysia. Memang sangat berbeda keadaan Malaysia dengan dengan Indonesia, mulai dari keadaan geografis sampai dengan kemakmuran penduduknya. Jalanan di Malaysia sudah rata dan halus, sedangkan di pedalaman Indonesia hanya ada jalanan tanah yang berkolaborasi dengan bebatuan. Pertolongan orang untuk orang sakit bahkan harus berjalan sampai beberapa kilometer, itupun harus dengan biaya yang sangat mahal untuk sekali berobat saja. Bukan hanya itu, alat penerangan dan listrik sangatlah minim, yang bisa dihandalkan hanya sebuah alat tradisional seperti lampu teplok dan oncor. Tenaga ahli di pedalaman yang sering disebut sebagai sukarelawan pun sangat terbatas, alasan utama yaitu karena tenaga ahli yang tidak tergerak hatinya tidak akan mungkin merelakan dirinya berkorban di daerah pedalaman serta kekurangan biaya untuk mendanai akomodasi dari pemerintah setempat. Dengan beberapa bukti diatas, secara garis besar upaya dan peran dari pemerintah sangat minim bahkan menjurus ke tidak adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan kesejahteraan dari pemerintah pusat untuk kawasan pedalaman.
Dilihat dari kasus diatas, pemerintah sebagai satu-satunya harapan penduduk seharusnya mampu memberikan pelayanan yang seadil-adilnya terhadap setiap penduduj di daerah mana pun, walaupun dengan porsi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah. Sebenarnya janji-janji manis dari pemerintah sudah tak ada gunanya lagi, yang terpenting bagaimana upaya pengoptimalan dari pemerintah agar di kawasan pedalaman tidak terabaikan dan akan selalu dianggap sama dengan penduduk kota lainnya di dalam negeri walau dengan porsi berbeda. Terkadang, masyarakat pedalaman berpikiran bahwa pemerintah hanya mementingkan kehidupan masyarakat daerah ibukota dan kota-kota maju lainnya, mereka yanb ada di pedalaman saja sampai tidak percaya dengan pemerintah negara sendiri. Sebagai contoh nyata, anak-anak di daerah pedalaman tidak tahu lagu kebangsaan mereka sendiri dan justru hafal dengan lagu kebangsaan negara tetangga, yang menjadi kekhawatiran orang dahulu adalah jika para penerus negara sendiri justru lupa denan bangsa sendiri yang seharusnya diperjuangkan. Sebenarnya usaha-usaha kecil yang sangat berarti bagi masyarakat pedalaman adalah berupa penyediaan sampan atau bahkan kapal yang layak pakai agar transportasi menuju kota lebih cepat dan efisien, melihat daerah pedalaman dibatasi oleh sebagian besar perairan, serta yang paling penting harus terpenuhi adalah listrik dan penerangan lainnya agar informasi dari kota dapat langsung terkirim sampai ke daerah pedalaman sekalipun. Harapan terbesar yaitu agar penduduk pedalaman tidak bisan dengan yang namanya membela tanah air sendiri, jangan sampai mereka rela jika bendera negara sendiri diinjak-injak dan disalahgunakan bangsa lain. Jika nasib para penerus bangsa saja tidak diperhatikan, bagaimana dengan nasib bangsa sendiri saat tidak ada yang bersedia untuk selalu menjunjung tinggi kedaulatan negara setinggi langit diangkasa
Demikian uraian perasaan saya mengenai film yang telah saksikan selama mata kuliah Pancasila yaitu "Tanah Surga Katanya" yang semoga bisa memberikan pencerahan bagi siapa saja yang sempat membaca. Terimakasih atas keluangan waktunya untuk membaca..๐